2013-01-28

Menyongsong Pagi Penuh Berkah

Tidak ada alasan tidak bersemangat di pagi hari.. syukuri dan lalui dengan benar
Malam hari di sebuah pasar, ratusan pria dan wanita melupakan selimutnya, melupakan sisa mimpinya, melupakan juga konsentrasinya yang terkadang masih belum 100% agar transaksi malam itu tidak keliru. Mereka seperti lupa bahwa setelah dari pasar mereka harus mengelilingi komplek perumahan sekitarnya, sehingga kita dapat merasakan ikan dan sayuran segar untuk sarapan keluarga.
Malam masih larut, udara masih dingin saat semua orang semakin terlelap dengan tidurnya dua anak muda sudah merambat melintasi sabana terakhir untuk kemudian merayap pada jurang terakhir agar sampai di puncak Gunung Merbabu. Dengan peluh kesenangan, memanggul beban berat tas punggung dengan peralatan canggih fotografi, secukupnya ransum dan peralatan khas pendaki. Tidak peduli gelap atau angkernya gossip yang menyelimuti gunung tersebut. Semua itu rela mereka lakukan demi sebuah momentum yang disebut matahari terbit!. Sun rise…
Malam yang sama di belahan kota lain. Beberapa anak muda juga terbangun dan bersiap. Sama-sama bermandikan peluh dan air mata. Bedanya mereka hanya berbekalkan sajadah dan kitab, mereka memanfaatkan waktu sepertiga malam sebagai bagian dari rutinitas sebelum pagi datang menjelang.
Mengapa pagi begitu istimewa terlebih lagi dini hari?, semua orang enggan menyia-nyiakan dini hari dan pagi hari karena saat itu konsentrasi masih penuh dan tenaga masih prima. Tapi bagi orang yang beriman pagi hari memiliki arti lebih. Itulah waktu yang tepat untuk sholat di saat semua orang tertidur, karena pada waktu itu mustajab doa.]

Bila diibaratkan orang yang terbiasa beraktivitas lebih pagi adalah orang-orang yang siap menjadi pemenang karena sewaktu peserta lain masih terlelap dia sudah terbangun.
Kita harus bisa memanfaatkan pagi hari sampai fajar sebaik mungkin seperti kita memanfaatkan semua waktu kita di dunia. Karena momen tersebut sangat cepat bahkan bagi sebagian orang terlalu cepat.
Bagi kita sebagai anak rasanya masih ada di pandangan mata. Saat ayah bunda tercinta memeluk hangat penuh dengan doa-doa, atau masih kental di ingatan saat kita merasakan hari pertama sekolah di taman kanak-kanak. Padahal sebenarnya itu sudah bertahun yang lalu kini mungkin anda sudah di tingkatan pendidikan tertinggi, bahkan orangtua yang dulu memeluk pun sudah tidak ada.
Bagi para orang tua, yakinlah anda masih ingat bagaimana rasanya memeluk anak yang masih merah dan lemah ada dipelukan. Rela kalian terbangun malam hari memberi mereka susu karena untuk bangun pun mereka tak bisa. Bergantian menggendong dan menenangkan si mungil buah hati. Lihatlah anda akan terkaget bahwa ternyata anak anda sudah enggan dipeluk karena malu diledek temannya, atau anda akan tersentak bahwa bayi yang kemarin nangis sekarang sudah ada di depan pelaminan untuk anda antarkan ke jenjang pernikahan.
Bagi kita penduduk Bangsa Indonesia, kita masih bisa merasakan sulitnya beribadah secara benar di jaman orba sebelum akhirnya sejarah berubah total atas nama reformasi. Hebatnya lagi itu terjadi tak kurang hanya sebelas tahun yang lalu.

0 comments:

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar anda dengan komentar yang baik dan benar yang berkaitan dengan artikel diatas tanpa ada iklan,dan hal-hal yang berbau SARAyang tentunya bersifat membangun agar blog ini bisa lebih baik lagi.Terimaksih